Minggu, 17 Juni 2012

hakikat kesederhanaan ?


Di zaman modern sepertisekarangini, lingkungan mempunyai artidalam persfektif yang sangatluas.Dimana lingkungan adalah tempat saling mengenal satu sama lain, beradaptasi, bahkan menjalin tali silaturahmi. Ajaran itulah yang di bawa oleh pelopor kita, Rasullah SAW. Bahwa setiap manusia pada hakikatnya adalah bersaudara.Bahkan, dalam islampun setiap muslim dilarang untuk menyakiti tetangganya. Di sisilain lingkunganpun berperan sebagai proses terbentuknya kehidupan yang kekeluargaan serta kesederhanaan yang harmonis.

Sehubungan dengan hal tersebut. Kita bisa memahami bahwa lingkungan berperan penting dalam proses kehidupan. Saya jadi teringat, jika hari raya tiba, orang tua saya selalu saling berbagi sandang ataupun pangan kepada saudara, tetangga maupun lingkungan sekitar.Setidaknya kami berbagi walaupun pemberian kami sederhana.taklebih.Iyah, sederhana saja, sederhana adalah kehidupan dimana kita saling berbagi, memberi dan menolong.Kesederhanaanlah yang menciptakan keindahan dalam hidup.Karena hidup bermakna ketika kita berbagi.

Kesederhanaan bukan hal yang jauh dari kemewahan ataupun materi-materi yang bernilai.Tidak juga hal yang terlalu mempersoalkan ketidakcukupan dan keterbatasan.Kesederhanaan bukanlah hal yang rumit, yang semestinya takperlu di persoalkan.Bukankan kehidupan itu sederhana ?bekerja keras, namun selalu merasa cukup, mencintai berbuat baik dan berbagi, senantiasa bersyukur dan berterimakasih, maka sejatinya kita telah menggenggam makna kebahagiaan hidupini. Jika kita dapat memahaminya maka akan bermekaranlah persaudaraan yang indah. dan persaudaaraan dan keluarga yang indah itupun tumbuh, sejatinya hanya soal waktu, masa masa yang terjanjikan itu akan tiba pada waktunya, generasi terbaik yang akan mengisi dunia. Amat sederhana bukan? Mudah saja, jika kita saling berbagi dalam kesederhanaan

Lihat saja saya,(mungkinlebihpantasdengan kami). Tiga tahun lalu, saya bermukim di suatu lingkungan yang masih hangat dengan nuansa persaudaraan yang kian terasa haru.Pondokpesantren, iyah, lingkungan dimana tempat saya memaknai hidup dengan sederhana.Beker jakeras,bahkan sering kami mengantri hanya untuk mendapatkan sepiring nasi yang nantinya di makan bersama.Namun saya selalu merasa cukup, walau terpaksa.Sempat saya katakan miris, betapa tidak ?pancaran wajah gelandangan yang kelaparanpun seakan menempel dalam raga. Setidaknya saya tetap menikmati itu bersama, sehingga keindahanpun selalu mewarnai perjalanan masa depan kami nanti. Bukankah suatu hari nanti, semua ini akan menjadi sebuah kisah klasik untuk masadepan? Lihat sajananti.Saya berani bertaruh.

Cerita diatas, tak luput dari kesederhanaan dalam berbagi, Berbagi merupakan topik yang tidak habis-habisnya di renungkan.Berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari luar saja melainkan sesuatu yang berasal dari hati.Kebersamaan, kekompakakan, ukhuwa hislamiyah ,bahkan kebahagiaan yang hanya bisa di rasakan oleh individual. Kebahagiaan itu berterbangan ditiup angin, kebahagiaan tidak menetap dalam kegundahan. Tapi bukankah tetap ada duka dalam setiap kebersamaan? Iyah, setidaknya bukan kegundahan yang dirasakan.Tapi kesatuan hati yang tetap utuh dalam suka dan duka.Hidup bahagia saat saling bersaudara, menyayangi dan mencintai. Seperti itulah kehidupan, ibarat ruang kelas di sekolah saya, dan cinta adalah guru terbaik. Bukankah semua itu terlihat begitu sederhana? Hanya perlu menjalaninya dengan sepenuh hati dan ikhlas. Karena kesederhanaan, kebersamaan dan persaudaraan adalah tombak kehidupan.